Memiliki harta melimpah serta jabatan yang tinggi seringkali membuat seseorang menjadi sombong. Seakan-akan dirinya adalah orang terkaya dan termahsyur di dunia, sehingga kerap menyepelekan bahkan menghina orang-orang yang rendah.
Kisah seorang direktur dan nenek tua ini tampaknya bisa menjadi renungan.
Melansir merdeka.com, seorang wanita berusia 40 tahunan, yang baru saja menjadi direktur di sebuah perusahaan, membawa putranya datang ke kantor untuk makan bersama. Selesai makan, putranya pun membuang plastik bekas makan di lantai.
Di saat bersamaan, datang seorang nenek tua dengan sapunya dan menyapu bersih sampah yang usai dibuang bocah tersebut.
Secara mengejutkan, wanita yang baru menjabat jadi direktur ini mendatangi si nenek, lalu menyindirnya dengan perkataan yang tidak terpuji.
“Nak, sudah gede ntar rajin belajar ya, jangan jadi kayak dia lihat tuh, udah tua tapi masih ngambil sampah!” ujar si wanita sambil menyengir ke nenek tua yang sudah berkeriput itu.
Putranya yang masih belum mengerti apa-apa lantas hanya mengangguk-ngangguk.
Mendengar perkataan si wanita, nenek itu pun bertanya, “Mohon maaf, numpang nanya, kamu siapa ya di perusahaan ini?”
Dengan angkuhnya, wanita itu menjawab, “Aku direktur baru di sini… Emang kenapa?”
Nenek itu hanya mengangguk kepala saja.
Dari kejauhan tiba-tiba datang seorang pria dengan jas rapi, menghampiri sang nenek.
“Ibu CEO, rapat sebentar lagi akan berjalan, silahkan masuk ke ruangan bu.”
Nenek itu pun langsung bergegas membuka jaket lusuhnya. Di saat itulah terlihat jati diri si nenek yang sebenarnya. Ia terlihat rapi dengan baju dan jas. Dan ternyata, nenek itu adalah pendiri perusahaan di mana si wanita sombong itu bekerja.
Seketika itu pula, si nenek meminta untuk mencabut jabatan wanita sombong tersebut.
“Mas, tolong ya cabut jabatan wanita sombong ini, kita gak perlu orang sombong seperti dia di perusahaan kita, bisa berabe ntar.”
Sesuai perintah atasannya, pria itu memecat wanita itu. Wanita itu tak bisa menjawab apa-apa, dia diam seribu bahasa.
Nenek CEO itu lantas berkata ke anaknya, “Aku memecat mamamu, berharap kamu mengerti, menjadi orang besar bukan ditentukan dengan kepintaran orang itu, tetapi bagaimana kita, orang besar, mampu menghargai orang – orang yang rendah di bawah dan membantu mereka.”