Bantulah Share - Mendidik anak bukan perkara mudah. Setidaknya, orang tua akan dimintai pertanggunjawaban di akhirat kelak. Olehnya, itu, sebaiknya mengetahui prinsip mendidik anak menurut al-Qur'an.
Tidak dipungkiri memang, selaku orang tua kita sering dibikin kesel dan marah akibat tingkah laku yang "kreatif" dari si kecil. Tak jarang pula kita membentak anak-anak kita.
Namun, mulai sekarang, hentikanlah hal tersebut. Karena terbukti dari hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa marah dan suara bentakan terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Selain mempengaruhi perkembangan otak, suara bentakan juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh sang anak.
Belom percaya Bund? Kisah sedih yang kami angkat dari halaman facebook ini adalah salah satu contoh nyata dari hal buruk yang dapat menimpa buah hati kita karena kesalahan orang tua yang memilih membentak anaknya...
***
Tidak dipungkiri memang, selaku orang tua kita sering dibikin kesel dan marah akibat tingkah laku yang "kreatif" dari si kecil. Tak jarang pula kita membentak anak-anak kita.
Namun, mulai sekarang, hentikanlah hal tersebut. Karena terbukti dari hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa marah dan suara bentakan terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Selain mempengaruhi perkembangan otak, suara bentakan juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh sang anak.
Belom percaya Bund? Kisah sedih yang kami angkat dari halaman facebook ini adalah salah satu contoh nyata dari hal buruk yang dapat menimpa buah hati kita karena kesalahan orang tua yang memilih membentak anaknya...
***
Di kutip dari cerita teman saya
Turut prihatin za mbk
Jangan Pernah Bentak Anak kita
Selama beberapa hari seperti orang linglung, dimulai jumat sore Auby saya paksa mandi karna sudah sore & rencana mau ke JNE kirim paket, di kamar mandi dia bilang "Gamau mandi, mau nenen aja mih" tapi terus saja saya paksa mandi sambil saya bentak "DIAM!!" Setelah bentakan pertama itu dia cuma bilang "Dede sayang mamih" sambil mengelus-elus pipi saya, saya abaikan gitu aja, gada respon yg menunjukan perhatian/penghargaan atas apa yg sudah auby lakukan
Setelah beres mandi & saya ajak ke kamar, di kamar pun auby masih bilang "mau nenen aja mih" sambil nangis-nangis, kembali saya bentak "LEBAY!!" Sehabis itu dia diam & tidak menangis, dibawa ayahnya ke ruang tamu sambil nonton tv, tiba-tiba auby menunduk, ketika dibangunkan tubuhnya udah dingin, kaku & matanya melotot, dgn panik & tangis yg pecah saya peluk auby, saya bawa auby yg belum pake apapun ke RS, sepanjang jalan saya merasa menyesal, merasa takut, merasa bersalah, rasanya sakit melihat auby seperti itu, sepanjang jalan saya hanya bisa istigfar, minta maaf ke auby "Bangun De.. Dede mau nenen yaa gamau mandi?" itu kata-kata yg terus saya ulang, semua bayangan tingkah laku auby bagai roll film yg diputar ulang, bagai alarm untuk saya, bagai peringatan bagi saya, bagaimana bisa saya sebagai ibunya memperlakukan auby begitu, auby anak yg baik, penurut, tdk menyusahkan ibu bapaknya, bagaimana bisa saya perlakukan seperti kemarin??
Anak sebaik auby yg sampai di IGD dibiarkan menangis untuk memulihkan kesadarannya, pasang oksigen & cek darah, hanya bilang "sakit mih, udaaah.. Tolooong" saat dipasang infus hanya bilang "sakit mih.." yg bangun pagi cuma bilang "ini apa mih? Dede mau jalan-jalan aja" ya Alloh.. Teganya saya membentak & melihatnya penuh kebencian jumat sore itu..
Alhamdulillah.. Auby sudah pulih & sehat lagi, tdk ada gangguan medis apapun, hasil EEG nya pun bagus, petugas Lab nya hanya berpesan
"JANGAN BENTAK ANAK ANDA" sekesal apapun, pelajaran buat saya, 2 bentakan & tatapan kebencian dapat mencederai otak auby, dapat melukai hatinya, dapat menghancurkan perasaanya, saya janji pada diri sendiri tdk akan ada bentakan ke 3/4 kalinya lagi, cukup sekali auby merasa hancur
Auby hanya titipan, ketika saya perlakukan dia dgn tidak baik, sang empunya-Nya bisa mengambilnya kapan saja, Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan menjaga & merawat Auby, Alhamdulillah..
Terimakasih untuk semua doanya buat auby ku..
***
Semoga kisah Bunda di atas tidak terjadi sama kita ya... Yuk, mari kita belajar untuk meredam emosi kita saat menghadapi ke-"kreatif"-an anak-anak kita...