loading...

Begini Jebakan Pelaku Pembobol ATM, Saldo Komang Kresna Rp 416 Juta Raib



Komang Kresna (47), warga Tonja, Denpasar Utara, Bali, menjadi korban pembobolan ATM dengan modus card trapping.

Musibah yang menimpanya tersebut menyebabkan uang miliknya yang tersimpan di Bank BNI sejumlah Rp 416 juta raib dibobol maling pada 23 November tahun lalu.

Ironisnya, Kresna mengaku dijebak oleh pelaku yang berpura-pura turut mengantri di mesin ATM bersama dengan dirinya.

Kejadian bermula saat Kresna dan istrinya, Ika Agrin (43), berniat mengambil uang di ATM BNI Nangka Utara yang terletak di depan Toko Buku Nadhira, Sabtu (21/11/2015) tahun lalu.

Saat hendak menyelesaikan penarikan uang, kartu ATM BNIKresna mendadak tidak mau keluar.

Seketika ia pun panik dan menggoyang-goyang mesin ATM agar kartu tersebut bisa ia keluarkan namun usahanya gagal.

Belum hilang rasa paniknya, kartu ATM miliknya bahkan kemudian tertelan mesin ATM.

Setelahnya, Kresna berniat menelepon call center Bank BNI guna memblokir kartu ATM miliknya.

Kebetulan selain ia dan istrinya, ada dua orang lain yang tengah mengantri giliran menggunakan ATM.

Kedua orang pria tersebut menyarankan Kresna untuk menelepon call center yang tertempel di sebelah mesin ATM.

Tanpa banyak cakap, Kresna pun menuruti arahan pria tersebut.

“Pas saya bingung mau telepon ke mana untuk blokir kartu. Pria yang ada di belakang saya menyarankan menelepon nomor call center yang ada di mesin ATM,” kata Kresna.

Segera ia kemudian meminta istrinya menelepon nomor tersebut.

Di seberang telepon, seorang pria mengangkat teleponnya.

Ika pun mengutarakan maksudnya untuk memblokir kartu ATM milik suaminya yang tertelan.

“Setelah saya telepon, yang angkat telepon itu laki-laki. Dia minta saya menyebutkan nama ibu kandung dan jumlah saldo terakhir,” kata Ika.

Setelah yakin kartunya telah berhasil diblokir, pasangan suami-istri itu pun pulang ke rumah dengan tenang.

Kresna baru menyadari bahwa ia telah menjadi korban pembobolan ATM pada hari Senin, (23/11/2016), ketika akan mengaktifkan kembali kartu ATM-nya di Bank BNI Cabang Gajah Mada Denpasar.

Ia terperanjak ketika mengetahui ada sisa saldonya telah berkurang sebesar Rp. 416.000.000.

“Saya dan istri kaget sekali. Besoknya saya ke Bank BNI Gajah Mada untuk memeriksa rekaman CCTV di ATM tempat kartu saya tertelan. Tapi pihak bank tidak mengijinkan saya melihat rekaman CCTV sebelum saya melapor ke polisi. Saya kemudian melapor ke Polda dan kembali memeriksa rekaman CCTV 3 hari setelahnya bersama orang Polda,” jelasnya.

Dari rekaman CCTV, terlihat jelas bahwa sebelum beraksi, satu orang pelaku memasang peralatan dan mencabut kabel yang ada di belakang mesin ATM.

Setelahnya, pelaku mencari sesuatu di saku celananya.

Setelah persiapan selesai, pelaku menunggu ada orang yang menggunakan mesin ATM.

Kemudian, setelah Kresna bersama istrinya kebingungan karena kartu ATM mereka tertelan, pelaku berhasil memperdaya pasutri tersebut dengan menyuruh mereka menelepon call center palsu.

Setelah Kresna dan istrinya meninggalkan ATM, komplotan pelaku lainnnya kembali memasuki ruang ATM dan membongkar mesin ATM dengan semacam obeng.

“Dari rekaman CCTV terlihat, setelah saya pulang. Pelaku lainnya kembali masuk ke ruang ATM dan membongkar mesin ATM dengan semacam obeng berukuran sekitar 15 centimeter hingga mesin ATM terbuka. Dari sana pelaku kemudian mengambil kartu ATM saya,” ujarnya.

Dalam hal ini, Kresna menyesalkan bahwa ada seseorang yang dengan mudah membobol mesin ATM dan menanamkan card trapping untuk menelan kartu ATM miliknya.

Selain itu, ia tidak habis pikir dengan mudahnya seseorang menempelkan nomor call center palsu tanpa diketahui pihak bank.

Kepada awak media, Kresna pun mengaku bahwa dirinya belum mendapat informasi terbaru dari kepolisian akan perkembangan penyelidikan kasus yang menimpanya.

“Belum pernah dihubungi lagi sama polisi. Terakhir saya kontak dengan polisi waktu melihat rekaman CCTV dan membuat berita laporan,” katanya.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Reserse Kriminal Umum PoldaBali, Kombes Pol Bambang Yugisworo, membenarkan bahwa ada laporan terkait kasus pembobolan dengan modus operandi card trapping.

“Benar, pernah ada laporan kasus pembobolan ATM dengan modus operandi seperti itu. Laporannya sudah tahun lalu. Sekarang masih dalam penyelidikan,” ujar Bambang, Kamis, (24/3/2016) sore.

Lanjutnya, agar kejadian serupa tidak terulang, Bambang menyarankan agar masyarakat lebih berhati-hati ketika menggunakan mesin ATM.

“Masyarakat sebaiknya lebih hati-hati ketika menggunakan mesin ATM. Kan sudah banyak kasus pembobolan ATM selama ini baik dengan cara menempelkan stiker nomor telepon palsu dari bank dan sebagainya. Modus card trapping ini juga saya rasa sebenarnya bukan modus baru. hanya saja baru sedikit masyarakat yang lapor,” pungkasnya.

Sumber : bali.tribunnews.com