loading...

Cerita Penjual Mi Kuah dan Gerobak Setan



Usia menjelang renta dan hidup sebatang kara dianggap kebanyakan orang sebagai masa sulit untuk bertahan hidup. Terlebih tinggal di sebuah kota metropolitan seperti Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Seperti yang dialami Said Daeng Sikki. Boleh jadi, setiap orang bakal memandang penuh kasih terhadap lelaki berusia 56 tahun yang hidup sebatang kara tersebut.

Namun, sikap teguh dan tabah tetap menjadi prinsip Sikki. Ia tak kehilangan asa meski sang istri wafat, sementara anak-anaknya sudah berkeluarga. Mereka memilih mandiri dengan keluarga masing-masing.

Sikki yang hanya sendiri dalam kesehariannya tak pernah mengalah dengan keadaan. Ia bertahan hidup dengan menjual mi kuah di sekitar Jalan Maccini, Kecamatan Makassar, Kota Makassar.

Puluhan tahun ia merintis usaha emperan, tepatnya sejak tahun 1982. Dengan modal pas-pasan, ia membeli gerobak bekas yang kusam. Usaha kecilnya itu hingga saat ini bertahan di tengah kerasnya persaingan usaha mi di Kota Daeng.

Meski hanya mengandalkan pinggiran jalan raya sebagai tempat mangkal, setiap hari mi yang dijual Sikki laris manis. Apalagi, ia banyak mempunyai langganan setia.

"Saya nanti buka pukul 22.00 Wita sampai pagi itu pukul 05.00 Wita. Alhamdulillah tidak pernah sisa. Langganan banyak, kadang mereka menunggu sampai jualan saya buka tengah malam," ucap Sikki saat ditemui Liputan6.com, Minggu 6 Maret 2016.

'Gerobak Setan'

Ternyata, banyak pelanggan dan pemuda sekitar menyebut dagangan mi Sikki dengan sebutan 'Mi Setan'. Selain karena waktu jualnya yang larut malam hingga pagi. Juga karena ada kisah di balik jualannya tersebut.

"Iya anak-anak manggilnya 'mi setan'. Karena selain jualnya larut malam sampai begadang, gerobak jualan juga pernah ambil nyawa orang di mana saat itu ada mahasiswa yang lagi mabuk ganggu gerobak jualan. Saya ndak tahu kenapa tiba-tiba jalan sendiri ini gerobak dan langsung menabrak mahasiswa tersebut dan meninggal dunia," beber Sikki.

Atas kejadian itu, Sikki sempat ditahan dan diproses hukum di Polsek Panakukang Makassar. "Waktu diproses polisi, saya katakan bukan saya yang bunuh anak mahasiswa itu, tapi gerobak saya. Kok saya yang ditahan bukan gerobak yang ditahan," ujar Sikki tersenyum mengingat masa kelam itu.

Sejak peristiwa itu, Sikki sempat terpuruk dan menjalani beberapa bulan di sel tahanan. Dia kini hidup sendiri karena anak-anaknya sudah hidup mandiri.

"Sudah tidak mau bergantung kepada anak karena semua sudah berkeluarga, punya anak 3 dan berkeluarga semua. Kini saya tinggal sendiri semenjak ibunya (istri saya) meninggal dunia," tutur Sikki

Usia yang terbilang tua tentu membuat aktivitas Sikki tidak seperti waktu masih muda dulu dengan tenaga yang masih kuat.

"Saya sudah tua butuh waktu lama untuk mempersiapkan bahan jualan. Dalam usaha ini juga saya tidak mengejar untung karena semua sudah di atur sama Allah SWT," ujar Sikki.

Semangkuk mi dipatok seharga Rp 3.000 hingga Rp 9.000. Selain murah, mi kuah buatan Sikki juga enak dan tetap bersaing dengan pedagang lain.

"Alhamdulillah dagangan tiap malam laris manis," Sikki menandaskan.

Sumber : regional.liputan6.com