Kasus eksploitasi anak kembali menghangat.
Kali ini menimpa seorang bayi bernama Bonbon (6 bulan) yang menjadi korban perdagangan manusia.
Modusnya, Bonbon diberikan obat penenang yang belakang diketahui berjenis Riklona Clonazepam.
Bayi tersebut kemudian dibawa oleh orang dewasa untuk mengemis.
Obat ini sebenarnya merupakan jenis obat paten yang tidak diperjualbelikan secara bebas.
Kompas.com mencoba mencari tahu keberadaan apotek yang menjual obat ini secara bebas.
Selasa (29/3/2016), Jalan Cikini, Jakarta Pusat, disusuri Kompas.com dan mendatangi satu persatu apotek ternama yang berada di sepanjang jalan tersebut.
Sayang, hampir belasan apotek yang didatangi, tak ada satupun apotek yang menjual jenis obat tersebut.
"Kami tidak jual, kalaupun ada harus dengan resep dokter," kata seorang apoteker.
Selanjutnya, Kompas.com berusaha mencari apotek yang menjual obat tersebut secara bebas di daerah Blok M, Jakarta Selatan yang disebut sebagai salah satu tempat yang menjual produk tersebut secara bebas.
Di salah satu kawasan perbelanjaan terkenal di Jakarta ini, berjejer belasan apotek dan toko obat yang menjual berbagai macam obat paten maupun obat generik.
Namun, ketika Kompas.com mencoba menelisik keberadaan apotek yang menjual obat tersebut, tak ada satupun yang mengaku.
Jawabannya masih sama, yakni tidak pernah menjual.
Salah satu penjaga toko obat, sebut saja namanya Rara, wanita paruh baya ini mengatakan untuk obat jenis Riklona, sulit untuk didapatkan.
"Abang enggak akan dapat obat itu dan gak mungkin dapat, susah dicari bang karena peredaran obat sekarang sangat ketat," kata Rara.
Pakai perantara
Rara menyebut, jika sebelumnya jenis obat tersebut sangat mudah untuk ditemui khususnya di daerah Blok M.
Rara mengatakan, ada "freelance" yang selalu menyuplai obat yang dibutuhkan oleh pelanggan.
"Dulu freelance banyak bang, sekarang sudah tidak ada lagi. Udah takut mereka semua," kata Rara.
Seorang juru parkir yang ditemui Kompas.com mengatakan, sebelumnya, dirinya beserta satu orang temannya juga menjadi calo bagi pelanggan untuk mendapatkan obat yang memang sulit untuk didapatkan tanpa resep.
"Dulu kalo ada yang minta obat kayak gitu gampang mas, bisa saya bantu. Tapi semua sekarang hati hati mas, enggak ada yang mau sembarangan ngeluarin," kata juru parkir tersebut.
Dirinya mengatakan selain di Blok M, tempat lain yang disebut menjual Riklona secara bebas yakni di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Dijual di warung
Sekitar pukul 21.00 wib, Kompas.com mencoba menyusuri jalan Tanah Abang.
Tak banyak apotek maupun toko obat yang buka pada jam tersebut, hanya ada belasan pedagang yang membuka lapaknya diatas jembatan Tanah Abang menuju arah Slipi.
Terlihat belasan pedagang memakai grobak menjajakan obat yang kebanyakan memang adalah obat penambah gairah.
Memang di daerah tersebut, di atas jam 21.00 malam, banyak pekerja seks komersial yang menjajakan diri.
Satu persatu Kompas.com menanyai para penjual tersebut.
Namun, para penjual mengaku tak pernah menjual obat tersebut.
Kemudian, seorang penjual menunjuk salah satu tempat bernama Pasar Kencar yang disebut mampu mampu menyediakan obat tersebut.
Di sebuah jalan sempit yang berlokasi di Pasar Kencar, tepatnya di daerah Kota Bambu Raya, Kompas.com menemukan sebuah warung yang menjual bebas obat jenis Riklona.
Dari luar tampak warung berukuran 4x4 meter tersebut dijaga oleh dua orang laki laki berukur 30-35 tahun.
Warung tersebut juga menjual obat generik lain seperti Paracetamol maupun obat untuk penyakit biasa.
Ketika mencoba membeli obat tersebut, terlihat kehati-hatian dari dua laki laki penjaga warung.
Dengan suara seperti berbisik dia menanyakan berapa banyak obat yang ingin dibeli.
Saat ditanyai Kompas.com, kedua penjual tersebut mengaku mereka hanya menjual obat jenis tersebut untuk orang dewasa di atas 25 tahun.
Untuk kesediaan obat, mereka mengatakan tidak pernah menyimpan stok barang.
Dalam waktu yang tidak ditentukan, seorang supplier akan mendatangi mereka untuk menyediakan obat tersebut.
"Kami tidak tahu siapa dia, kami juga tidak pernah menghubunginya. Meski kami meminta nomor hapenya, dia gak pernah ngasih, jadi dia datang sewaktu waktu saja," kata penjual tersebut.
Penjual tersebut mengatakan warungnya buka setiap hari.
Namun, dia mengaku tak setiap hari orang mencari jenis obat tersebut.
"Jadi kadang penjualannya juga enggak menentu bang, kadang ada, kadang juga enggak," katanya.
Dijual Rp 35 ribu
Satu tablet Riklona dijual seharga Rp 35 ribu.
Dirinya juga mengaku tidak pernah menjual tablet tersebut jika ada yang meminta lebih dari satu tablet.
"Biasanya enggak kami kasih kalau ada yang minta lebih dari satu tablet," jelasnya.
Dari pantauan, beberapa kali terlihat pembeli berusia 17-20 tahun mendatangi warung tersebut.
Jika biasanya sebuah warung memberikan obat secara terang terangan, namun kali ini terlihat transaksi tersebut dilakukan secara diam diam.
Pembeli langsung memasukan obat yang dibelinya ke dalam saku dan bergegas pergi.
Sumber : bogor.tribunnews.com