Dalam rangka menyambut Neuropathy Awareness Week atau Pekan Kesadaran Neuropati se-dunia pada 12-16 Mei 2016 mendatang, PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) bekerja sama dengan PT. Merck, Tbk meluncurkan kampanye Lawan Neuropati.
Kampanye ini bertolak dari data Neuropathy Check Point tahun 2015 terhadap 16.800 responden di 11 kota di Indonesia. Dari data tersebut didapatkan bahwa 43 persen responden terbukti berisiko terkena neuropati.
Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat, dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) mengatakan bahwa neuropati dapat mengarah pada kelumpuhan padahal penyakit ini dapat dicegah sejak dini.
"Jika dibiarkan, gejala neuropati seperti kram, kebas dan kesemutan dapat mengarah pada kelumpuhan. Saraf yang rusak akan sulit diperbaiki. Padahal neuropati dapat dicegah sejak dini," kata dr. Manfaluthy dalam acara Media Workshop Lawan Neuropati, di Hotel Borobudur, Rabu, 27 April 2016.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena neuropati adalah dengan melakukan neuromove secara teratur, istirahat yang cukup dan konsumsi vitamin neurotropik yang mengandung vitamin B.
"Selain neuromove, istirahat cukup penting untuk regenerasi sel saraf dan konsumsi vitamin neurotropik yang mengandung vitamin B1, B6, dan B12 akan memberikan asupan yang dibutuhkan agar saraf dapat bekerja dengan baik," katanya lagi.
Sumber : life.viva.co.id