Bukhori (76) dan Sarmiati (73) tak bisa menikmati masa tuanya dengan rasa bahagia. Pasangan suami istri ini sudah bertahun-tahun mengalami stroke dan hidup dari uluran tangan para tetangganya.
Di usia senja itu, mereka hidup dengan kondisi memprihatinkan. Tak ada bantuan dari anak dan kerabatnya.
Mereka tinggal di sebuah rumah reot dan hampir roboh hasil pinjaman tetangganya. Tak ada satupun perabot rumah berharga. Di dalam rumah itu, hanya terdapat kasur kapuk kumal dan beberapa pakaian.
Bagian belakang rumah hampir roboh. Dinding rumah yang sebagian terbuat dari triplek sebagian sudah jebol. Barang elektronik satu-satunya milik pasangan ini adalah sebuah radio usang yang sudah rusak.
Penyakit stroke yang dialami bertahun-tahun membuat mereka tak bisa berbuat banyak. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, mereka mengharapkan bantuan dari warga sekitar. Ironisnya, hingga saat ini, tak ada sekalipun bantuan dari pemerintah yang mereka terima.
Bukhori dan Sarmiati tinggal di kawasan tepi hutan jati bekas lokalisasi Gandul, Dusun Wonorejo, Desa Gesing, Kecamatan Semanding. Sejak 2012, kawasan itu telah ditutup oleh pihak Pemerintah Kabupaten Tuban.
Kini, kedua pasangan itu mengalami kelumpuhan. Kondisi lebih parah dialami Sarmiati, sejak enam bulan lalu, dia hanya bisa berbaring di kasur tanpa bisa berbuat apa-apa. Kondisi Sarmiati membuat Bukhori menjadi pelayan setianya setiap hari. Sarmiati saat dikunjungi didalam rumahnya hanya terbujur lemah tak berdaya. Tubuhnya ditutupi dengan kain kumal.
“Kalau untuk makan diberi tetangga, sedangkan untuk berobat diberi warga yang mengumpulkan uang sumbangan,” kata Bukhori, Jumat (20/11).
Ketua RW VII Dusun Wonorejo, Rastam mengaku, warga sekitar merasa ikhlas membantu Bukhori dan Sarmiati. Namun, Rastam berharap pemerintah memberikan bantuan kepada pasangan itu agar penderitaan hidupnya bisa berkurang.
“Kami berharap, mereka bisa dirawat di anti jompo sehingga kehidupannya di usia senja ini bisa terjamin,” harap Rastam.