loading...

Clare, Seorang Gadis Inggris yang Menjadi Muallaf Karena Penasaran Dengan Islam


Bantulah Share - Clare seorang gadis yang berasal Reading, Inggris. Selama 3 tahun Ia mempelajari Islam dan  pada tahun 2002 memutuskan untuk menjadi mualaf ketika itu usianya masih 19 tahun.

Clare sudah mengenal muslim sejak kanak kanak melalui teman-temannya. Ketika itu, ia seringkali diundang untuk ikut berbuka puasa.

Namun saat menginjak remaja, Clare mulai bertanya tanya tentang Islam ketika menginjak remaja. Yang ia tanyakan misalnya, mengapa ibu temannya memakai kerudung atau mengapa harus berpuasa dan tidak dibolehkan minum minuman keras.

Selama ini Clare tidak menerima penjelasan mereka begitu saja karena selalu dihubungkan dengan keyakinan.

Namun salah satu pecakapan yang paling menarik perhatian Clare adalah ketika teman-temannya menjelaskan bahwa Tuhan hanya satu yaitu Allah. Clare semakin penasaran saat mendengar bahwa Islam juga mempercayai nabi-nabi seperti Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Yusuf, dan lainnya.

Clare memutuskan untuk mencari tahu tentang islam lebih dalam. Dia lalu meminjam Alquran terjemahan Bahasa Inggris dan dia membacanya selama liburan musim panas.

Clare semakin penasaran karena dalam beberapa hal ada kemiripan dengan keyakinannya. Waktu itu tidak ada dalam benak Clare untuk berubah keyakinan atau agama. Dia hanya penasaran mengapa teman-teman muslimnya mengikuti agama ini dan memegangnya dengan kuat.

Ketika bulan Ramadan datang, Clare iseng iseng ikut puasa satu hari. Dia merasakan ternyata puasa itu sulit walau baru satu hari.

Karena dorongan teman-temannya, Clare nekat berpuasa satu minggu. Bagi Clare Puasa adalah pengalaman yang aneh sebab di saat punya kemampuan dan sarana untuk makan atau minum, umat muslim justru tidak melakukannya.

Namun Clare melihat sisi positif dari puasa yang disebutnya bagai menetapkan target dan lalu mencapainya. Dia berpikir puasa itu seperti aktivitas pengembangan pribadi.

Clare sangat menghormati Islam, dan sedikit sedikit dia juga mulai mempercayainya. Bukan hanya dari segi keimanan semata, Clare juga mempelajari Islam dari sisi politik, ilmu pengetahuan dan lainnya. Meski tidak seberat seperti pelajaran di universitas, hal itu menambah pengetahuan Clare tentang Islam.

Ketika liburan, Clare terkejut sekaligus sedih ketika terjadi tragedi 11 September di menara kembar WTC di New York. Dia terkejut ketika media  media menyebutkan pelaku serangan itu adalah teroris yang mengatasnamakan jihad Islam.

Clare bahkan sampai berdebat dengan kakaknya bahwa pelakunya itu bukan muslim. Sebab Clare pernah membaca dalam Alquran bahwa membunuh satu kehidupan seolah olah sudah membunuh seluruh umat manusia dan sebaliknya.

Dia sangat terluka dengan berita-berita yang menydutkan islam. Dia lalu pergi ke kamar dan berlutut seraya berkata dalam bahasa Arab 'Saya percaya hanya ada satu Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan terakhir-Nya'. Clare percaya dengan kebenaran Islam tapi dia belum tahu dan yakin dia bisa menjalankan gaya hidup sebagai seorang muslim.

Perama-tama Clare mulai berhenti mengkonsumi minuman ber alkohol dan daging  babi. Namun soal jilbab dia masih ragu ragu.

Ketika dia memberi tahu keluarganya kalau dia kini mengadopsi gaya hidup orang muslim, keluarganya menentangnya. Tapi itu tidak berlangsung terlalu lama. Karena keluarga akhirnya menerima.

Setelah yakin bahwa keluarganya mulai dapat menerimanya, Clare lalu memutuskan mendatangi sebuah masjid di kotanya untuk benar-benar menjadi seorang muslimah.

Dia mengucapkan kalimat syahadat yang telah dilakukannya sepuluh bulan sebelumnya. Clare lalu memutuskan untuk memakai jilbab sejak mengucapkan syahadat di masjid itu.

Sejak hari itu, Clare semakin belajar hal-hal baru dalam islam.  Dia juga bersyukur teman teman dan keluarganya membantu dan mendukung. Kini Clare telah berkembang dan tumbuh menjadi seorang muslimah yang sebenarnya.


Sumber : suaranetizen.com