Bantulah Share - Ketika sudah berkeluarga, seorang muslimah menjadi istri bagi suaminya dan menjadi ibu bagi anak-anaknya. Dalam rangka mencapai tujuan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah serta menjadikan anak-anak sebagai generasi rabbani, seorang muslimah perlu melindungi keluarganya dari 5F ini.
1. Film
Disadari atau tidak, film adalah sarana yang sangat mudah untuk mempengaruhi seseorang. Tidak peduli ia orang dewasa atau anak-anak.
Film bisa mengubah pemikiran dan pola pikir orang dewasa. Yang tadinya punya pemikiran A, ia bisa berubah menjadi berpikiran B melalui film yang menjadi corong pemikiran B. Apalagi jika sebelumnya, orang atau anak tersebut belum memiliki persepsi apa pun tentang sesuatu alias masih netral.
Misalnya ada film yang beberapa bulan lalu tayang di bioskop nasional (dan biasanya akan segera tayang di televisi), isinya menyinyiri orang-orang yang memakai hijab sebagai transformasi keterpaksaan, pemaksaan kehendak suami, atau sekedar fashion trend.
Ada pula film yang membuat penontonnya memiliki persepsi yang salah tentang Islam. Misalnya dalam sebuah film serial yang mengambil latar Khilafah Turki Utsmani, pemimpin Islam ditampilkan doyan perempuan dan wanita keluarga istana ditampilkan tidak berjilbab dengan pakaian-pakaian seksi.
Belum lagi film-film yang mengumbar aurat, pacaran dan selingkuhan. Film sinetron banyak yang mengajarkan seperti itu. Tentu sangat tidak baik bagi anak-anak. Juga tidak baik bagi suami.
Bagaimana jika anak-anak sejak kecil sudah dicekoki dengan tayangan seksi, adegan pacaran dan selingkuh? Tidak heran jika banyak remaja yang moralnya rusak. Bukan berarti orang dewasa tidak terpengaruh, banyak juga yang menjadi rusak dengan tontonan semacam itu.
Ibu sebagai madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya perlu melindungi mereka dari film. Bukan berarti 100 persen melarang film. Ada film-film yang mendidik anak-anak. Misalnya film Syamil dan Nadia. Bagi remaja ada film kisah sahabat dan sejenisnya yang mendidik.
2. Fashion
Ini sebenarnya masih ada kaitannya dengan F pertama. Dari film, dari televisi, dari media, fashion dipropagandakan. Bahwa yang tren tahun ini fashion seperti ini, yang sedang in saat ini seperti ini.
Selain melalui film dan televisi, fashion juga dipropagandakan secara langsung oleh para artis dan selebritis. Yang kemudian banyak orang berkiblat pada mereka. Mirisnya, banyak fashion yang bertolak belakang dengan Islam. Ada yang membuka tangan dan lengan. Ada yang menampakkan kaki hingga paha. Ada yang memperlihatkan punggung. Ada yang menampilkan pusar. Ada gaun yang panjang tapi belahan sampingnya hingga ke paha. Ada yang menutup badan tapi menampilkan lekuk tubuh. Hingga ada yang semi transparan. Pendek kata, banyak fashion yang tidak menutup aurat. Dan ingat, menutup aurat tidak sama dengan membungkus aurat.
Seorang muslimah perlu melindungi anak-anaknya dari fashion semacam itu. Sejak kecil, biasakan memakai pakaian yang menutup aurat. Pahamkan anak-anak (terutama gadis) bahwa menutup aurat adalah perintah Allah dan membawa banyak kemaslahatan bagi umat manusia. Dan yang paling penting, ketika membelikan baju atau pakaian, standar pertama adalah menutup aurat.
3. Food
Food atau makanan juga bisa merusak rumah tangga dan keluarga. Kok bisa? Ya, meskipun tidak bisa dilihat seketika, makanan yang haram dan buruk akan membawa dampak pada kualitas ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Apa itu? Ruh, akal dan juga kesehatan tubuh. Juga maliyah alias finansial.
Jika seseorang makan sesuatu yang haram, makanan itu akan berpengaruh pada jiwanya. Ia menjadi malas beribadah dan hatinya berpenyakit. Ini dari sisi ruhiyah yang memang sulit dilihat secara langsung tetapi para ulama sudah membuktikannya melalui serangkaian pengamatan.
Makanan yang haram, karena membuat jiwa seseorang terkotori, akhirnya berpengaruh pada pola pikirnya. Ia pun menentang kebenaran, menolak syariat dan seterusnya.
Dari aspek kesehatan, makanan yang haram pasti akan berpengaruh pada kesehatan. Cepat atau lambat. Misalnya daging babi yang banyak mengandung cacing pita dan berbagai ancaman penyakit lainnya. Binatang yang tidak disembelih, darahnya membeku dalam daging dan ketika dimakan masuk dalam tubuh menjadi penyakit. Bahkan makanan yang halal namun tidak baik pun bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Karenanya Islam memiliki dua standar untuk makanan yaitu halalan thayyiba; halal lagi baik.
Makanan-makanan instan, cepat saji, tergolong dalam kategori kurang baik atau tidak baik. Seorang muslimah perlu melindungi suami dan anak-anaknya dari makanan tersebut.
4. Free Thinkers
Banyaknya tokoh liberal yang mempropagandakan kebebasan berpikir juga merupakan hal yang patut diwasapadai oleh para muslimah. Pada hakikatnya mereka menolak Islam tetapi dengan cara yang berbeda; berdalih kebebasan berpikir namun sebenarnya membuang Islam dari pola pikirnya.
Pemikiran yang menyatakan bahwa umat Islam menjadi terbelakang karena berpegang pada ajaran Islam, dunia Islam tidak maju karena berpegang kepada syariat, dan sebagainya adalah contoh-contoh betapa bahayanya free thinkers.
Atas nama kebebasan mereka menolak syariat. Atas nama modernitas mereka menolak jilbab. Bahkan atas nama hak asasi manusia (HAM) mereka menuntut dilegalkannya penyimpangan seksual seperti LGBT.
Para muslimah perlu melindungi keluarganya dari free thinkers semacam ini, jika ingin keluarganya menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, serta anak-anaknya menjadi generasi rabbani.
5. Fun
Tidak ada yang salah dengan kegembiraan. Bahkan setiap anak, apalagi usia dini, harus menjadi anak-anak yang gembira.
Namun, jika kegembiraan dilakukan dengan cara yang tidak benar, di situlah muslimah perlu melindungi keluarganya. Dulu, anak-anak bergembira dengan bermain bersama teman-temannya, memainkan permainan tradisional. Itu sangat bagus. Selain memupuk hubungan sosial juga melatih kemampuan fisik-motorik.
Namun saat ini, banyak anak-anak yang terjebak pada fun berbentuk game dan permainan gadget. Efeknya, anak kehilangan banyak waktu bersosial, kemampuan fisik-motorik tidak terasah dengan baik, cenderung menjadi introvert, suka yang instan dan menuntut segalanya serba cepat terpenuhi, hingga berakibat pada memburuknya kesehatan terutama mata.
Sebagai ibu yang baik, seorang muslimah perlu melindungi anak-anaknya dari fun secamam itu. Tidak harus 100 persen melarang anak bermain game. Boleh, tetapi ada batas waktu dan jadwal serta pendampiangan dari orang tua.
1. Film
Disadari atau tidak, film adalah sarana yang sangat mudah untuk mempengaruhi seseorang. Tidak peduli ia orang dewasa atau anak-anak.
Film bisa mengubah pemikiran dan pola pikir orang dewasa. Yang tadinya punya pemikiran A, ia bisa berubah menjadi berpikiran B melalui film yang menjadi corong pemikiran B. Apalagi jika sebelumnya, orang atau anak tersebut belum memiliki persepsi apa pun tentang sesuatu alias masih netral.
Misalnya ada film yang beberapa bulan lalu tayang di bioskop nasional (dan biasanya akan segera tayang di televisi), isinya menyinyiri orang-orang yang memakai hijab sebagai transformasi keterpaksaan, pemaksaan kehendak suami, atau sekedar fashion trend.
Ada pula film yang membuat penontonnya memiliki persepsi yang salah tentang Islam. Misalnya dalam sebuah film serial yang mengambil latar Khilafah Turki Utsmani, pemimpin Islam ditampilkan doyan perempuan dan wanita keluarga istana ditampilkan tidak berjilbab dengan pakaian-pakaian seksi.
Belum lagi film-film yang mengumbar aurat, pacaran dan selingkuhan. Film sinetron banyak yang mengajarkan seperti itu. Tentu sangat tidak baik bagi anak-anak. Juga tidak baik bagi suami.
Bagaimana jika anak-anak sejak kecil sudah dicekoki dengan tayangan seksi, adegan pacaran dan selingkuh? Tidak heran jika banyak remaja yang moralnya rusak. Bukan berarti orang dewasa tidak terpengaruh, banyak juga yang menjadi rusak dengan tontonan semacam itu.
Ibu sebagai madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya perlu melindungi mereka dari film. Bukan berarti 100 persen melarang film. Ada film-film yang mendidik anak-anak. Misalnya film Syamil dan Nadia. Bagi remaja ada film kisah sahabat dan sejenisnya yang mendidik.
2. Fashion
Ini sebenarnya masih ada kaitannya dengan F pertama. Dari film, dari televisi, dari media, fashion dipropagandakan. Bahwa yang tren tahun ini fashion seperti ini, yang sedang in saat ini seperti ini.
Selain melalui film dan televisi, fashion juga dipropagandakan secara langsung oleh para artis dan selebritis. Yang kemudian banyak orang berkiblat pada mereka. Mirisnya, banyak fashion yang bertolak belakang dengan Islam. Ada yang membuka tangan dan lengan. Ada yang menampakkan kaki hingga paha. Ada yang memperlihatkan punggung. Ada yang menampilkan pusar. Ada gaun yang panjang tapi belahan sampingnya hingga ke paha. Ada yang menutup badan tapi menampilkan lekuk tubuh. Hingga ada yang semi transparan. Pendek kata, banyak fashion yang tidak menutup aurat. Dan ingat, menutup aurat tidak sama dengan membungkus aurat.
Seorang muslimah perlu melindungi anak-anaknya dari fashion semacam itu. Sejak kecil, biasakan memakai pakaian yang menutup aurat. Pahamkan anak-anak (terutama gadis) bahwa menutup aurat adalah perintah Allah dan membawa banyak kemaslahatan bagi umat manusia. Dan yang paling penting, ketika membelikan baju atau pakaian, standar pertama adalah menutup aurat.
3. Food
Food atau makanan juga bisa merusak rumah tangga dan keluarga. Kok bisa? Ya, meskipun tidak bisa dilihat seketika, makanan yang haram dan buruk akan membawa dampak pada kualitas ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Apa itu? Ruh, akal dan juga kesehatan tubuh. Juga maliyah alias finansial.
Jika seseorang makan sesuatu yang haram, makanan itu akan berpengaruh pada jiwanya. Ia menjadi malas beribadah dan hatinya berpenyakit. Ini dari sisi ruhiyah yang memang sulit dilihat secara langsung tetapi para ulama sudah membuktikannya melalui serangkaian pengamatan.
Makanan yang haram, karena membuat jiwa seseorang terkotori, akhirnya berpengaruh pada pola pikirnya. Ia pun menentang kebenaran, menolak syariat dan seterusnya.
Dari aspek kesehatan, makanan yang haram pasti akan berpengaruh pada kesehatan. Cepat atau lambat. Misalnya daging babi yang banyak mengandung cacing pita dan berbagai ancaman penyakit lainnya. Binatang yang tidak disembelih, darahnya membeku dalam daging dan ketika dimakan masuk dalam tubuh menjadi penyakit. Bahkan makanan yang halal namun tidak baik pun bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Karenanya Islam memiliki dua standar untuk makanan yaitu halalan thayyiba; halal lagi baik.
Makanan-makanan instan, cepat saji, tergolong dalam kategori kurang baik atau tidak baik. Seorang muslimah perlu melindungi suami dan anak-anaknya dari makanan tersebut.
4. Free Thinkers
Banyaknya tokoh liberal yang mempropagandakan kebebasan berpikir juga merupakan hal yang patut diwasapadai oleh para muslimah. Pada hakikatnya mereka menolak Islam tetapi dengan cara yang berbeda; berdalih kebebasan berpikir namun sebenarnya membuang Islam dari pola pikirnya.
Pemikiran yang menyatakan bahwa umat Islam menjadi terbelakang karena berpegang pada ajaran Islam, dunia Islam tidak maju karena berpegang kepada syariat, dan sebagainya adalah contoh-contoh betapa bahayanya free thinkers.
Atas nama kebebasan mereka menolak syariat. Atas nama modernitas mereka menolak jilbab. Bahkan atas nama hak asasi manusia (HAM) mereka menuntut dilegalkannya penyimpangan seksual seperti LGBT.
Para muslimah perlu melindungi keluarganya dari free thinkers semacam ini, jika ingin keluarganya menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, serta anak-anaknya menjadi generasi rabbani.
5. Fun
Tidak ada yang salah dengan kegembiraan. Bahkan setiap anak, apalagi usia dini, harus menjadi anak-anak yang gembira.
Namun, jika kegembiraan dilakukan dengan cara yang tidak benar, di situlah muslimah perlu melindungi keluarganya. Dulu, anak-anak bergembira dengan bermain bersama teman-temannya, memainkan permainan tradisional. Itu sangat bagus. Selain memupuk hubungan sosial juga melatih kemampuan fisik-motorik.
Namun saat ini, banyak anak-anak yang terjebak pada fun berbentuk game dan permainan gadget. Efeknya, anak kehilangan banyak waktu bersosial, kemampuan fisik-motorik tidak terasah dengan baik, cenderung menjadi introvert, suka yang instan dan menuntut segalanya serba cepat terpenuhi, hingga berakibat pada memburuknya kesehatan terutama mata.
Sebagai ibu yang baik, seorang muslimah perlu melindungi anak-anaknya dari fun secamam itu. Tidak harus 100 persen melarang anak bermain game. Boleh, tetapi ada batas waktu dan jadwal serta pendampiangan dari orang tua.
Bagaimana dengan suami? Suami juga perlu ‘dilindungi’ agar waktunya tidak banyak tersita untuk yang fun-fun saja. Ingatkan suami tercinta, ia adalah imam keluarga yang harus menjadi teladan dalam beribadah, mencarikan nafkah dan membimbing keluarga menuju jannah.
Sumber : akhwatindonesia.net
Sumber : akhwatindonesia.net