loading...

Bunda, Hindarilah Penggunaan Kata "JANGAN" Kala Melarang Anak Melakukan Sesuatu


Bantulah Share - Banyak Mama beranggapan, kata "jangan" cukup ampuh untuk mendisiplinkan anak. Saat melarang si kecil berbuat negatif, kata-kata itu pun langsung meluncur dari mulut Mama. Benarkah hal itu efektif?

Lihat saja hasilnya, sebagian anak seolah abai dan tak mendengar kata-kata orangtua dengan penggunaan "jangan" tersebut. Semua itu terjadi lantaran di usia 3 tahun anak sedang mengembarkan kepercayaan dirinya lewat eksplorasi. Bagi si kecil,  semua benda yang baru ditemuinya sangatlah menakjubkan. Untuk mendukung eksplorasinya, orangtua sebaiknya lebih banyak menggunakan kata-kata positif, serta menghindarkan kalimat negatif.  Hindari kata "jangan" saat melarang anak.


Sedapat mungkin, hindari penggunaan kata "jangan", karena anak tak mengenal makna kata itu. Kenalkan kata-kata positif kepada anak. Akan lebih mudah untuk anak menerima anjuran Mama yang berkata, "Nak pelan-pelan jalannya", daripada berkata, "Awas, jangan lari-larian ya". Seandainya anak terjatuh saat bermain-main, biarkan saja agar ia belajar dari pengalaman, meski orangtua tetap mengawasi dan melindungi anak. Kondisi itu tidak lantas membuat orangtua menjadi "parno" dan berkata sedikit-sedikit "Jangan".

Selain itu, terlalu sering menggunakan kata "jangan" dapat membuat anak lupa arti kata “jangan" yang sesungguhnya. Sebaiknya gunakan kalimat pendek yang lebih jelas sehingga anak tahu mengapa ia harus melakukan dan menghindari suatu hal. Misalnya orangtua berkata ‘jangan naik tangga’ seringkali anak hanya mendengar bagian ‘naik tangga’ saja.' Akibatnya, tidak sedikit anak yang tetap cuek meski orangtua berkali-kali mengatakan "jangan".

Nina juga mengatakan ketidakpahaman orang tua tentang kemampuan anaknya menangkap pesan membuatnya berpikir anaknya justru memberontak dan tidak menuruti perintah orang tuanya. Berikut daftar kalimat menggunakan kata ‘jangan’ yang bisa diubah menjadi kalimat lain yang lebih positif yang justru akan didengar si kecil:

Tahapan Perkembangan Bahasa
* Usia 1 tahun: Anak berada pada tahap linguistic speech yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata, tetapi cuma sepotong, dan sepotong kata itu bisa punya arti panjang. Contoh, saat anak bilang "bun" dengan maksud Bunda, artinya mungkin saja, "Aku ingin digendong," atau "Aku ingin ikut jalan-jalan bersama bunda."

* Usia 2 tahun:
Sekalipun masih mirip dengan kemampuan di usia satu tahun, tetapi di usia ini anak sudah mampu menggabungkan dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang bermakna dan berarti. Contohnya, "Minum susu," atau "Pergi sana," hingga "Tidak susu. Putih saja."

* Usia 3 tahun:
Anak sering melakukan hal yang sangat menarik perhatian karena ia tengah memasuki tahap membangkang, yaitu melakukan yang dilarang dan tidak melakukan yang diizinkan. Tak heran jika dalam perkembangan bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu yang membuat orangtua cemas dan malu, seperti "bego", "mampus", dan kata-kata kasar lainnya. Apalagi jika ditunjang dengan seringnya orangtua melarang anak mengucapkan kata-kata tersebut tanpa penjelasan yang tepat. Belum lagi kosakata yang diperolehnya di usia ini semakin banyak dan tidak melulu hanya dari orangtua.

Selain itu, mulai usia ini juga umumnya anak mengeluarkan kalimat yang kadang terdengar janggal karena susunan kata-katanya tidak tepat alias terbalik-balik, sehingga apa yang diucapkannya tidak sesuai dengan maksud si anak.

Walaupun begitu, orangtua tak perlu cemas. Hal ini wajar terjadi pada batita, karena:
* Anak pertama kali baru bisa bicara menyambungkan lebih dari satu hingga dua kata hingga membentuk sebuah kalimat yang berarti.
* Anak pertama kali baru bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui bahasa yang mempunyai arti dan bisa dipahami.
* Anak banyak mempunyai kosakata untuk dijadikan sebuah kalimat yang digunakannya saat berkomunikasi.
* Anak mulai memeroleh banyak informasi kata dan kalimat baru yang menarik.
* Kemampuan mengolah kata dalam bentuk kalimat hingga menjadi sebuah bahasa di otaknya masih sangat terbatas.
* Pengalaman berbahasanya masih sangat minim.

CARA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA
  • Jika cara-cara di bawah ini dilakukan secara terus-menerus dan konsisten, maka anak akan termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan berkomunikasi dan baik. Inilah beberapa hal yang penting diperhatikan orangtua saat berkomunikasi dengan si batita: · Gunakan bahasa yang benar, bukan baby talk seperti, "Oh, mau mimi cucu, ya," tapi, "Oh, mau minum susu, ya?"
  • Gunakan kalimat dan kata yang tidak bermakna ganda. Contoh, "Jangan ke sana, bahaya!" Ingat, ke sana itu bisa berarti ke luar rumah, ke tempat cucian, ke dapur, dan ke banyak tempat lainnya. Lebih baik, katakan, "Mainnya di sini aja, tidak di dekat kompor menyala, bahaya!"
  • Gunakan selalu kalimat pendek.
  • Hindari kata-kata kotor dan kasar jika tak ingin anak menirunya.
  • Karena anak masih belajar, orangtua sebaiknya melantunkan bahasa dengan jelas, tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut (bibir dan lidah) yang tegas sehingga mudah dikenali dan diikuti anak.
  • Jika menemukan kesalahan pada kata/kalimat dalam bahasa anak, segera luruskan dengan cara mengulang ucapannya secara benar.



Narasumber:
Ira Puspita, MSi
Pembantu Dekan I Bidang Akademik
Universitas Gunadarma, Depok