Bantulah Share - Brittany Solomon dan Joshua Jackson dari Washington University melakukan sebuah penelitian yang melibatkan 4.544 pasangan menikah di Australia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak dari karakteristik seorang istri atau suami terhadap perkembangan karir pasangannya. Mereka menemukan hubungan yang erat diantara keduanya.
Ketika seseorang dapat diandalkan untuk menjalankan perannya sebagai istri atau suami yang telaten dan penuh tanggung-jawab (conscientious) maka pasangannya memiliki peluang 50% lebih besar untuk mendapatkan promosi karir, dibandingkan dengan mereka yang pasangannya tidak menampilkan karakteristik tersebut.
Jika dihitung dengan angka, ternyata semakin tinggi tingkat conscientious pasangannya, maka semakin tinggi pula penghasilan orang tersebut. Jadi ketika dihitung rata-rata dari seluruh rentang usia dan jenis profesi responden, mereka menghasilkan USD 4,000 atau setara dengan Rp 55 juta lebih banyak setiap tahunnya.
Melalui tulisan ini saya bermaksud memberi kesaksian bahwa hasil penelitian diatas benar adanya. Istri saya punya peran penting atas keberhasilan saya hari ini.
Saya menikahi istri saya saat usianya masih 19 tahun. Saat itu saya masih jauh dari predikat sukses. Kubik masih berupa usaha rintisan. Penghasilan saya berada jauh dibawah teman-teman saya saat itu. Ketika kehamilan pertama istri saya memasuki usia 5 bulan, dia didiagnosa menderita usus buntu akut sehingga harus segera dioperasi sebelum pecah dan membahayakan bayi yang ada dalam kandungan.
Operasi harus dilakukan oleh dua dokter sekaligus, dokter spesialis bedah dan dokter kandungan. Biayanya besar, sementara saya tidak punya uang. Saya terpaksa berhutang untuk membayar biaya rumah sakit. Saat itu saya malu pada istri saya. Kemudian dia memeluk saya dan membesarkan hati saya.
Profesi saya seringkali mengharuskan saya pulang malam, pergi keluar kota selama beberapa hari, hingga membawa pekerjaan ke rumah. Saya sadar bahwa dia punya hak atas waktu dan perhatian saya. Namun kenyataannya, saya justru lebih sering meminta dia untuk mengerti, bahkan mengambil alih tugas-tugas saya di rumah.
Saat itu dia akan mengelus wajah saya, kemudian membuatkan secangkir kopi dan setangkap roti lapis untuk menemani saya kerja hingga larut malam. Lalu dia temani anak-anak belajar dan dia urusi semua kebutuhan rumah. Tidak ada keluhan yang terucap.
Ketika saya sampaikan padanya bahwa saya tidak akan lagi menjadi Direktur Kubik, dia khawatir. Tapi bukan karena takut itu akan mengganggu kondisi keuangan keluarga. Dia mengkhawatirkan diri saya. Dia tahu bahwa Kubik adalah hidup saya. Identitas saya. Setelah saya yakinkan dia bahwa saya akan baik-baik saja, dia tidak pernah lagi mengungkit hal itu. Dia adalah makmum yang baik. Dia nurut apapun keputusan saya. Dia ikut kemanapun saya pergi.
Istri saya adalah seorang pengusaha dan desainer fashion yang sukses. Dia punya satu kebiasaan, yaitu menggosok dan menyemir sepatu saya dengan tangannya sendiri. Sebenarnya bisa saja dia meminta si mbak untuk melakukannya. Tapi tidak, dia ingin melakukannya sendiri. Baginya, itu adalah bentuk pengabdiannya sebagai istri pada saya, suaminya.
Dia selalu tahu cara membuat saya merasa lebih besar dari masalah-masalah yang saya hadapi. Dialah yang menghidupkan rasa percaya diri saya. Membangun bisnis adalah jalan mendaki yang tidak mudah, berat dan penuh ketidakpastian. Saya terjatuh berkali-kali, baik secara finansial maupun emosional. Apa yang membuat saya tetap terus bergerak maju? Saya tahu istri saya akan selalu ada disamping saya. Memeluk saya. Mengangkat saya. Menguatkan langkah saya.
Maka sahabat, jika Anda ingin berhasil di karir, profesi atau bisnis Anda, mulailah dengan berinvestasi di rumah. Loyalitas, pengabdian, keharmonisan tidak muncul begitu saja, melainkan harus dibangun bertahun-tahun. Modalnya adalah cinta dan keikhlasan. Jangan minta dia untuk berubah. Mulailah dengan mengubah dirimu sendiri. Luaskan hati, nikmati prosesnya. Percayalah bahwa Allah akan menolong hambanya yang menolong dirinya sendiri.
Jadi di hari minggu ini, tunjukkan cintamu padanya. Dia pantas mendapatkannya. Dia membutuhkanmu. Kamu membutuhkan dia. Genggam tangannya, jangan pernah lepaskan. Bersamanya, kau bisa taklukkan dunia.
Ketika seseorang dapat diandalkan untuk menjalankan perannya sebagai istri atau suami yang telaten dan penuh tanggung-jawab (conscientious) maka pasangannya memiliki peluang 50% lebih besar untuk mendapatkan promosi karir, dibandingkan dengan mereka yang pasangannya tidak menampilkan karakteristik tersebut.
Jika dihitung dengan angka, ternyata semakin tinggi tingkat conscientious pasangannya, maka semakin tinggi pula penghasilan orang tersebut. Jadi ketika dihitung rata-rata dari seluruh rentang usia dan jenis profesi responden, mereka menghasilkan USD 4,000 atau setara dengan Rp 55 juta lebih banyak setiap tahunnya.
Melalui tulisan ini saya bermaksud memberi kesaksian bahwa hasil penelitian diatas benar adanya. Istri saya punya peran penting atas keberhasilan saya hari ini.
Saya menikahi istri saya saat usianya masih 19 tahun. Saat itu saya masih jauh dari predikat sukses. Kubik masih berupa usaha rintisan. Penghasilan saya berada jauh dibawah teman-teman saya saat itu. Ketika kehamilan pertama istri saya memasuki usia 5 bulan, dia didiagnosa menderita usus buntu akut sehingga harus segera dioperasi sebelum pecah dan membahayakan bayi yang ada dalam kandungan.
Operasi harus dilakukan oleh dua dokter sekaligus, dokter spesialis bedah dan dokter kandungan. Biayanya besar, sementara saya tidak punya uang. Saya terpaksa berhutang untuk membayar biaya rumah sakit. Saat itu saya malu pada istri saya. Kemudian dia memeluk saya dan membesarkan hati saya.
Profesi saya seringkali mengharuskan saya pulang malam, pergi keluar kota selama beberapa hari, hingga membawa pekerjaan ke rumah. Saya sadar bahwa dia punya hak atas waktu dan perhatian saya. Namun kenyataannya, saya justru lebih sering meminta dia untuk mengerti, bahkan mengambil alih tugas-tugas saya di rumah.
Saat itu dia akan mengelus wajah saya, kemudian membuatkan secangkir kopi dan setangkap roti lapis untuk menemani saya kerja hingga larut malam. Lalu dia temani anak-anak belajar dan dia urusi semua kebutuhan rumah. Tidak ada keluhan yang terucap.
Ketika saya sampaikan padanya bahwa saya tidak akan lagi menjadi Direktur Kubik, dia khawatir. Tapi bukan karena takut itu akan mengganggu kondisi keuangan keluarga. Dia mengkhawatirkan diri saya. Dia tahu bahwa Kubik adalah hidup saya. Identitas saya. Setelah saya yakinkan dia bahwa saya akan baik-baik saja, dia tidak pernah lagi mengungkit hal itu. Dia adalah makmum yang baik. Dia nurut apapun keputusan saya. Dia ikut kemanapun saya pergi.
Istri saya adalah seorang pengusaha dan desainer fashion yang sukses. Dia punya satu kebiasaan, yaitu menggosok dan menyemir sepatu saya dengan tangannya sendiri. Sebenarnya bisa saja dia meminta si mbak untuk melakukannya. Tapi tidak, dia ingin melakukannya sendiri. Baginya, itu adalah bentuk pengabdiannya sebagai istri pada saya, suaminya.
Dia selalu tahu cara membuat saya merasa lebih besar dari masalah-masalah yang saya hadapi. Dialah yang menghidupkan rasa percaya diri saya. Membangun bisnis adalah jalan mendaki yang tidak mudah, berat dan penuh ketidakpastian. Saya terjatuh berkali-kali, baik secara finansial maupun emosional. Apa yang membuat saya tetap terus bergerak maju? Saya tahu istri saya akan selalu ada disamping saya. Memeluk saya. Mengangkat saya. Menguatkan langkah saya.
Maka sahabat, jika Anda ingin berhasil di karir, profesi atau bisnis Anda, mulailah dengan berinvestasi di rumah. Loyalitas, pengabdian, keharmonisan tidak muncul begitu saja, melainkan harus dibangun bertahun-tahun. Modalnya adalah cinta dan keikhlasan. Jangan minta dia untuk berubah. Mulailah dengan mengubah dirimu sendiri. Luaskan hati, nikmati prosesnya. Percayalah bahwa Allah akan menolong hambanya yang menolong dirinya sendiri.
Jadi di hari minggu ini, tunjukkan cintamu padanya. Dia pantas mendapatkannya. Dia membutuhkanmu. Kamu membutuhkan dia. Genggam tangannya, jangan pernah lepaskan. Bersamanya, kau bisa taklukkan dunia.
Indrawan Nugroho
Business Innovator
CEO CIPTA Consulting
Sumber : facebook