Seseorang yang sudah menikah pasti menginginkan sebuah keluarga yang sakinah, dan jika keluarganya barokah sudah pasti hidupnya akan ada dalam bahagia baik dunia maupun akhirat. karena walaupun sedang diterpa berbagai masalah, kesulitan atau bahkan kesuksesan dalam keluarganya biasanya suami-istri ini akan merasa tetap tentram jika memang sedang berdekatan. karena biasanya jika sang suami pulang sudah dengan wajah lelah, kusam dan terlihat agak cuek, disitu tugas istri untuk datang menghampiri dengan sambutan yang semangat dan hangat agar sang suami kembali seperti pada pagi hari atau biasanya dengan wajah yang dirias cantik. Dan perhatian yang lebih dari sebelumnya sehingga suami pun akan lebih menyayangi sang istri.
Jika anda mendapatkan istri yang seperti itu maka anda harus bersyukur, karena anda telah mendapatkan istri soleha yang dapat diandalkan dan percaya untuk selalu ada bersama anda. “Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatanmu, dirinya dan hartamu, kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi, dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang. Dan yang sebaliknya yaitu istri yang dapat membuatmu sengsara yaitu, istri sama sekali tidak membuatmu bahagia jika dilihat, tidak bisa menjaga lisannya dan juga tidak membuatmu merasa aman jika sedang ditinggal pergi atau mencari rizky karena tidak bisa menjaga kehormatan dan juga hartamu, kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu merasa lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”
jika dalam keluarga yang anda bangun sudah mendapatkan mawaddah wa rahmah (ketulusan cinta dan kasih-sayang), itu berarti dalam keluarga anda sudah penuh dengan kebarakahan dan Allah telah melimpahkannya pada keluarga anda. jika suami sedang merasakan keresahan, maka ada istri yang siap untuk merengkuh dengan penuh perhatian dalam dalam lubuk hati yang terdalam. Dan begitu sebaliknya jika sang istri sedang mengalami kegelisahan selalu ada sikap suami yang sigap untuk menghapus setiap tetesan air mata dengan usapan yang memberi perlindungan dan ketentaraman dan pelukan yang hangat pada sang istri.
karena pada dasarnya jika sebuah keluarga tidak memiliki sakinah, mawaddah wa rahmah, dalam keluarga tersebut pastinya sangat sulit mencapai kebarakahan dalam keluarganya tersebut. Mereka pun tidak memiliki rasa percaya terhadap satu sama lain, tidak dapat menerima, dan juga memaafkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam sebuah keluarga. Di sini keluarga dipenuhi oleh keluh-kesah dan kekecewaan. Bukansaja dengan keadaan ekonomi, melainkan oleh ketidakpuasan terhadap pasangan hidupnya beserta keluarganya. Sehingga interaksi antar keduanya menjadi kering, sangat periferal. Bukan dari hati ke hati, sehingga tidak saling merindukan. Pergi tiga hari saja tidak ditunggu-tunggu kedatangannya. Apalagi sekadar terlambat pulang satu atau dua jam.
Di dalam keluarga yang seperti inilah bukan tempat yang baik untuk membesarkan dan merawat anak-anak, karena pastinya tidak kekuatan dalam jiwa mereka yang tertanam. Rumah menjadi tempat yang tidak nyaman sehingga anak dan juga suami tidak menemukan sebuah kebahagian, meskipun secara penglihatan rumah itu besar atau megah. Jadi, jika Anda mendo’akan barakah, insya-Allah Anda juga mendo’akan sakinah, mawaddah wa rahmah bagi keluarga yang akan baru dibangun oleh pasangan suami istri baru.
Anda juga mendo’akan mereka mendapatkan keturunan yang barakah. Biar anak banyak asal barakah, sungguh sangat alhamdulillah.
Mendo’akan barakah sama seperti menyuruh shalat. Kalau Anda menyuruh saya melakukan shalat, berarti Anda juga menyuruh saya untuk berwudhu atau malah mandi jinabah jika saya sedang berhadas besar. Sebab, tidak bisa saya melakukan shalat kalau saya berhadas. Jika anda menuntun dan memperdalam agama atau untuk mengerjakan solat itu berarti anda menganjurkan saya menghi-langkan perintang-perintang ketenangan hati. Anda akan tetap bisa solat, tetapi ketika itu sudah isya dan disitu juga perut anda sudah sangat melilit menyebabkan solat anda menjadi tidak tenang dan tidak khusuk. Jadi sebaiknya sebelum itu anda harus isi terlebih dahulu agar tidak merasa kelaparan dan solat anda pun bisa khusuk. Tetapi kalau Anda menyuruh seseorang mandi, tidak secara otomatis menyuruh seseorang itu shalat. Begitu juga kalau Anda mendo’akan banyak anak, belum tentu barakah. Malah anak bisa menjadi fitnah yang menyusahkan orangtua dunia akhirat.
Ini bukan berarti anda anda tidak boleh mencapai sebuah kebahagia dan kesenangan dengan bercanda bersama istri dan juga anak anda.
Malah sebagaiman ditunjukkan di awal tulisan ini, kita banyak ditunjukkan dan “diperintahkan” untuk memperoleh kesenangan-kesenangan itu. Bahkan, berjima’ pun bernilai ibadah.
Kalau Anda berhubungan intim, Anda akan mendapat pahala shalat Dhuha. Kalau Anda meremas-remas jemari istri dengan remasan sayang, dosa-dosa Anda berdua berguguran. Kalau Anda menyenangkan istri sehingga hatinya bahagia dan diliputi suka cita, Anda hampir-hampir sama dengan menangis karena takut kepada Allah. SubhanaLlah. Maha Suci Allah. Ia memberi keindahan. Ia juga memberi pahala dan ridha-Nya.
“Barangsiapa menggembirakan hati seorang wanita (istri), “kata Rasulullah Saw., ”seakan-akan menangis karena takut kepada Allah. Barangsiapa menangis karena takut ke-pada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka.”
“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatikan suaminya,” kata Nabi Saw. menjelaskan,“maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan perhatian penuh rahmat. Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas-remas), maka bergu-guranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jari-jema-rinya.” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Al-Khudzri r.a.).
Seperti yang perlu anda tahu ternyata, pahala yang didapatkan ketika bersetubuh de-ngan istri bisa mencapai tingkat pahala mati terbunuh dalam perang di jalan Allah. Nabi kita Muhammad al-ma’shumbersabda,“Sesungguhnya seorang suami yang mencampuri istrinya, maka pencampurannya (jima’) itu dicatat memperoleh pahala seperti pahala anak lelaki yang berperang di jalan Allah lalu terbunuh.”
Mengenai hadis terakhir diatas bahwa, saya tidak menemukan keterangan lebih lanjut. Tetapi dari berbagai hadis tentang jima’ dan bercumbu, kita mendapati bahwa keduanya merupakan sesuatu yang dihormati dan bagi yang melakukannya secara sah, Allah memberi pahala yang besar. Bahkan, orang yang meninggalkan jima’ bisa “keluar dari Islam” (tidak termasuk ummat Muhammad) manakala tindakannya menyebabkan suami atau istri mengalami penderitaan.
Wallahu A’lam bishawab.
Sumber : pelangimuslim.com