loading...

Pria Tua Angkut Tepung 100 Kg Setiap Hari di Punggung Demi Nafkah Keluarga



Kita sering mengeluh karena harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Biaya kebutuhan terus meningkat. Sementara kita harus berusaha lebih giat bila ingin mendapat penghasilan lebih.

Namun apakah kita sudah bersyukur dengan apa yang kita punya? Pernahkan kita bertekad untuk bekerja lebih giat dan bersungguh-sungguh agar mendapat penghasilan lebih dari jerih payah sendiri?

Bila jawabannya belum, nampaknya kita harus belajar dari pria tua asal Peshawar, Pakistan, yang bernama Syed Abdul Ghani.

Dilansir Elite Readers, pria tua itu rela melakukan pekerjaan yang berat, asalkan halal demi nafkah keluarga.

Setiap hari ia rela mengangkut sekarung tepung di punggungnya. Tepung tersebut harus diantarkan ke sebuah toko roti.

Beratnya tak tanggung-tanggung, 100 kilogram. Sedangkan jalan yang harus ditempuh sekitar 1 kilometer.

Untuk mengangkut beban seberat itu, pria tua yang sudah ubanan ini sampai berjalan tertatih.

Para pemuda yang masih kuat saja belum tentu mau melakukan pekerjaan melelahkan seperti yang dilakukan Ghani.

Namun kakek itu tetap bersemangat. Ia terus berjuang menyusuri lorong pasar dengan langkah pelan di tengah lalu lalang keramaian. Saat merasa capek, ia duduk sebentar di pinggir jalan.

Beberapa orang yang merasa kasihan menolong pria tua itu berdiri saat hendak melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya mencapai toko roti yang dituju, dan mendapat upah.

Penghasilannya sehari sebanyak 300 rupee Pakistan, atau sekitar Rp37.500. Menurut Ghani, penghasilan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah mendapat upah, ia pergi ke pasar sayur. Ia membeli bawang dan kentang untuk makan anak-anaknya.

Profesi sebagai kuli angkut sudah dilakoninya selama 25 tahun. Meski harus bersusah payah menjadi kuli angkut walau dengan tubuh tua, Ghani tetap menjalaninya dengan tulus.

Dia mengatakan lebih baik bekerja keras daripada hidup meminta-minta. Padahal dengan kondisi fisik yang sudah tua tersebut mudah saja mengundang rasa iba orang lain.

Tapi pria itu tidak suka mengemis, bermalas-malasan dengan memanfaatkan rasa belas kasihan orang. Ataupun jadi gelap mata mengambil jalan pintas dengan mencuri.

Baginya, ada rasa bangga saat mampu menafkahi keluarga dengan hasil jerih payah sendiri.

Syed Abdul Ghani yang setua itu saja tetap semangat berusaha keras demi memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. Bagaimana dengan kita?

(Sumber:http://pekanbaru.tribunnews.com/2016/04/11/video-pria-tua-angkut-tepung-100-kg-setiap-hari-di-punggung-demi-nafkah-keluarga)