Biasanya, anak perempuan diajarkan untuk menjadi cantik dan sempurna. Sementara itu, anak lelaki dididik untuk berani. Namun, apakah hal itu benar-benar terjadi?
Seorang founder of Girls Who Code, Reshma Saujani, berpikir bahwa dewasa ini itulah yang terjadi pada lingkungan sosial.
Saujani memberikan pidato kampanye pada konferensi TED mengenai pentingnya mendidik anak perempuan untuk berani mengambil risiko.
Sebab, berdasarkan pengalaman hidupnya, Saujani mengatakan, dia selalu mendapatkan orang bersikap ragu-ragu padanya hanya karena dia seorang wanita.
Saujani melihat bahwa sekarang ini banyak anak perempuan mengalami penurunan keberanian untuk menjadi terdepan.
“Kebanyakan anak perempuan dididik untuk menghindari risiko dan kegagalan,” jelas Saujani.
Dia pun memaparkan bahwa anak perempuan diajarkan untuk selalu tersenyum cantik, bermain aman, mendapatkan nilai akademis paling tinggi. Sementara itu, anak lelaki diajarkan untuk lebih kuat, melempar lebih tinggi, memanjat lebih cepat, dan berani melompat.
Alhasil, ketika anak-anak ini tumbuh besar. Lalu, dihadapkan untuk bisa bernegosiasi, mengajak seseorang kencan, dan melakukan wawancara, mereka akan memberikan siakp yang berbeda.
Anak lelaki lebih berani mengambil langkah dan risiko, sedangkan anak perempuan memilih diam dan menerima.
Kondisi itu, kata Saujani, merupakan dasar-dasar yang tanpa kita sadari merugikan perekonomian, lingkungan sosial, dan kita pun semakin kehilangan banyak hal baik karena anak perempuan dibesarkan untuk tidak menjadi pemberani.
Memiliki nyali dan cerdas, sebut saujani, harus ditanamkan orangtua pada anak perempuan untuk memberikan kaum hawa peluang berkarier dan mewujudkan cita-cita dengan berani.
(Sumber:parents.com)