Bantulah Share - Saat anak-anak saya dewasa kelak, hidup mereka semakin penuh tantangan dan ‘perjuangan.’ Kadang ada rasa takut kalau mereka tidak siap menghadapi ganasnya dunia (tiba-tibamellow :D). Sebagai orangtua, saya hanya bisa terus memberikan ‘bekal’. Jujur saja, saya banyak belajar dari orang-orang di sekitar saya, yang menurut saya telah berhasil membesarkan anak laki-lakinya dengan baik. Ini 7 hal yang ingin saya ajarkan kepada anak laki-laki saya.
1. Ajarkan anak kita untuk menghargai perempuan tanpa harus merendahkan harga diri mereka sendiri
Tentu saja saya ingin kedua anak saya tumbuh menjadi sosok laki-laki yang mampu melindungi, menjaga dan menghargai perempuan. Tapi saya tidak ingin dalam prosesnya, anak-anak saya malah kehilangan harga diri mereka sendiri, karena (mungkin) yang selalu mereka dengar adalah untuk SELALU mengalah pada perempuan. Dan itu salah besar. Saya ingin kedua anak saya tahu batasan, kapan mereka harus mengalah dan kapan mereka harus ‘melawan.’ Melawan yang tidak ada hubungannya dengan kekerasan, tapi melawan untuk menyampaikan pendapat mereka, melawan untuk menunjukkan bahwa sebagai laki-laki mereka juga boleh bersuara, bahkan jika lawan bicara mereka adalah perempuan.
2. Bahwa sah-sah saja kalau anak laki-laki itu menangis
Karena bagi saya, menangis itu salah satu cara untuk kedua anak saya meluapkan emosi yang mereka punya. Menangis itu nggak selalu identik dengan kata cengeng atau lemah, kok. Selama alasan menangisnya masuk akal, buat saya nggak masalah. Jadi saya sempat takjub saat melihat seorang ibu yang meminta anaknya untuk tidak menangis saat eyang si anak (yang notabene sangat dekat dengan si anak) meninggal. C’mon, laki-laki juga butuh mengeluarkan emosi kan?
3. Saya tidak lagi membuat dunia yang nyaman untuk anak-anak saya
Pernah merasa ingin memberikan apa saja yang dibutuhkan oleh anak-anak dengan dalih “Karena waktu kecil saya nggak bisa seperti itu, jadi anak-anak saya jangan sampai mengalami seperti apa yang saya alami?” Saya pernah. Tanpa sadar, saya memberikan kenyamanan luar biasa untuk mereka dan membuat mereka lupa artinya berjuang dan usaha. Ternyata saat dikasih tantangan, mereka malah kreatif dan mampu kok. Saya aja yang sering ragu sama kemampuan mereka. Padahal mereka mampu!
Buktinya, saat mereka minta dibelikan akuarium komplit yang harganya lumayan mahal, saya nggak mau kasih begitu saja, mereka memutar otak untuk menghasilkan uang. Tahu apa yang mereka lakukan? Mereka mencuci sepatu-sepatu saya, membantu ART saya mencuci piring, mengajak ART saya membuat donat dan meminta bantuan saya untuk menjualnya sampai membuat slime lantas menjualnya ke teman-teman sekolah mereka. Bukan masalah jumlah uang yang terkumpul, tapi melihat usaha mereka,saya tahu bahwa sejauh ini saya sudah berada di jalur yang benar :).
4. Ajarkan mereka ilmu dasar sebagai pemimpin
Saya tidak bicara tentang pimpinan di sebuah perusahaan. Apapun karier yang akan dipilih oleh kedua anak saya, tapi saat mereka berkeluarga kelak, minimal mereka akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Ajarkan anak-anak untuk terbiasa berdiskusi, menerima kritik, berani bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil, memahami prinsip sebab dan akibat dan berbagai ilmu mengenai kepemimpinan yang kelak mereka butuhkan.
5. Mereka harus punya satu atau lebih keahlian
Saya nggak pernah menuntut anak-anak saya untuk menjadi juara kelas atau meraih nilai A di seluruh mata pelajaran. Yang saya minta adalah jangan mendapat nilai di bawah nilai rata-rata dan meminta mereka memilih 3 mata pelajaran yang mereka suka serta menuntut mereka memberikan yang terbaik di 3 mata pelajaran itu. Nggak perlulah mereka memaksa diri menjadi ahli matematikan, ahli bahasa, ahli olahraga, ahli hukum, ahli IPA, ahli IPS dsb, susaaaaah cyin :D. Dalam memilih les, saya juga selalu bertanya ke mereka jenis les apa yang mereka suka dan mereka harus fokus di situ. IMHO, saya melihat mereka yang pintar tapi tidak menonjol di sebuah bidang tertentu tidak memiliki tempat yang terlalu baik di dunia kerja.
6. Beri mereka kebebasan untuk eksplorasi
Saya tidak memiliki anak perempuan, tapi belajar dari pengalaman saya dulu, mama saya cenderung membatasi pergaulan saya dan ruang gerak saya. Dan saya tidak bisa menerapkan hal ini pada anak laki-laki saya. My boys need the opportunity to stretch their wings. Mencoba melakukan suatu hal yang baru, to take some risks, to find adventure. Karena dari petualangan-petualangan yang baik inilah karakter mereka akan terbentuk, and we watch them become men.
7. Biarkan mereka menghormati kita sebagai ibunya tanpa melupakan bahwa ayah mereka juga layak dihormati serta dihargai
Terlepas dari seberapa dekat kita dengan anak laki-laki kita, jangan pernah lupa kalau ayah mereka juga layak mendapat rasa cinta, penghargaan serta rasa hormat yang sama.
Selamat menjadi orangtua Mom… pekerjaan yang tidak pernah ada surat kontrak kerjanya namun berlaku seumur hidup.
sumber : mommiesdaily.com | bagi.me